Kesungguhan Adalah Kunci Kesuksesan
Sahabat dan saudara-saudaraku
sekalian kembali kami menuangkan buah pikiran kami melalui tulisan ini. Banyak hal
yang dapat menginspirasi kita untuk menuangkan sebuah ide dan gagasan, buah
pikiran, argumen dan pendapat. Banyak juga hal-hal yang membuatkan mengeluarkan,
menuangkan ide-ide kita tersebut. Suatu keharusan dari kita untuk terus
menggali potensi diri dengan terus belajar dari hari kehari, dari waktu kewaktu
dan dari masa kemasa. Kebahagian akan kita peroleh kalau kita telah mencapai
apa yang telah kita cita-citakan, kita idam-idamkan dan kita harapkan. Namun kebahagian
itu akan sirna jika kita tidak memiliki rasa syukur, tidak mengerti berterima
kasih, tidak paham dengan istilah memuji pada sang pencipta alam ini. Karena dalam
diri kita selalu ada rasa tidak puas, adapun rasa tidak puas ini bisa mendatangkan
hal yang positif dan hal yang negatif. Adapun hal yang positif adalah kita akan
terpacu untuk terus maju, memaju diri untuk terus berkembang dan tentunya belajar
dari kenyataan hidup yang ada. Adapun dampak, efek ataupun akibat negatif dari
rasa ketidak puasan dari kita adalah muncul diri kita sebagai insan yang kurang
bersyukur, menjadi manusia yang tafakur, dan merasa lebih buruk dari orang
lain.
Penulis menggaris bawahi, bahwa
apa yang kita lihat pada orang lain nyaman kemungkinan belum tentu senyaman
yang kita padang, banyak pepatah yang kita pahami untuk memotivasi hal tersebut
seperti gajah di seberang pulau nampak namun semut di pelupuk mata tidak
kelihatan, memandang rumput tetangga lebih
hijau, lebih subur dari dari rumput kita. Hal-hal ini yang sebenarnya membuat
diri kita merasa hidup tidak tenang, tidak tentram dan merasa terdzolimi. Senyaman
nyamannya orang lain masih nyaman menjadi diri sendiri. Ini adalah inspirasi
sebagai wujud syukur diri atas segala rahmad yang di berikan Illahi. Dengan terus
mensyukuri nikmat yang di berikan kepada kita, yakin seyakin yakinnya akan
mendapatkan nikmat yang lebih banyak lagi. Kesuksesan, kesenangan, kebahagiaan
adalah harap kita semua. Sejauh mana kita menapaki hidup ini sejauh itulah
keberhasilan kita terlihat. Dengan melihat masa lalu kita serta perbandingan
dengan kita saat ini akan lebih bisa menerima keberhasilan, menerima keadaan
serta ikhlas menjalani kehidupan.
Dalam penulisan ini, penulis
terinspirasi sebuah pertanyaan oleh seorang sahabat kepada penulisan, seorang
sahabat yang sangat akrab, seorang sahabat yang mengerti keadaan sahabatnya,
mengerti perjalanan hidup ini. Latar belakang seorang penulisan sebagai
pengajar, pendidik, guru bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar. Dan
juga seorang sahabat yang berprofesi sama bertanya “Apakah karir kita hanya
mentok menjadi guru selamanya???. “Atau ada peluang yang lain????.”Bagaimana menurut
antum????”. Sebuah pertanyaan yang tulus tentunya, sebuah ungkapan perasaan
yang berasal lubuk pikiran, sebuah pertanyaan yang sudah lama terpendam. Kemungkinan
tidak hanya pada sahabat satu ini, mungkin banyak di antara kita yang merasa
seperti itu. Wahai sahabat, perlu kita lihat kebelakang masa lalu kita, masa
penentu hari ini, jikalau hari ini kita menjadi seorang polisi tentunya dulu
karena masuk sekolah polisi, jikalau hari ini kita seorang arsitektur tentunya
sekolahnya dulu adalah teknik sipil, kalaupun sekarang adalah seorang guru
tentu waktu menjelang kuliah kita memilih fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
yang nyata-nyata akhir ataupun tujuannya
adalah menjadi seorang guru. Sedikit bisa menjadi pertanyaan saat ini adalah,
kita telah mencapai puncak dari tujuan kita semula, kita telah menikmati hasil
dari perjuangan kita, kita telah mendapatkan apa yang menjadi harapan kita,
anggan-anggan kita, sekian tahun yang lalu. Tapi, mengapa muncul perntanyaan
itu. Seperti penulisan sampaikan di awal, dalam diri kita ada rasa ketidak puasan.
Adapun rasa tidak puas ini bisa mendatangkan hal yang positif dan hal yang
negatif. Adapun hal yang positif adalah kita akan terpacu untuk terus maju,
memacu diri untuk terus berkembang dan tentunya belajar dari kenyataan hidup
yang ada. Adapun dampak, efek ataupun akibat negatif dari rasa ketidak puasan
dari kita adalah muncul diri kita sebagai insan yang kurang bersyukur, menjadi
manusia yang tafakur, dan merasa lebih buruk dari orang lain. Marilah kita
sikapi ketidak puasan ini sebagai ketidak puasan yang positif untuk memacu kita
lebih baik lagi. Solusi yang dapat penulis berikan adalah tekuni yang ada saat
ini dengan kesungguhan yang ikhlas lahir dan batin, geluti keadaan sekarang ini
dengan optimalisasi, maksimalisasi dari kemampuan yang kita miliki, namun
ketika suatu saat ada peluang yang menurut kita bisa lebih baik, “mengapa tidak
diambil”. Ambil peluang itu dengan begitu bisa kita harapan sukses sekarang dan
sukses masa depan. Aamiin, semoga tulisan sedikit ini bisa menginsiprasi bahwa
kesungguhan adalah kunci kesuksesan. Iringi langkah demi langkah kita, dengan
doa, rido orang tua, motivasi keluarga, kebagiaan adalah milik kita bersama. Mohon
maaf sekiranya ada kekurangan, tata tulisan yang kurang berkenan, semoga
bermafaat untuk motivasi menjalani kehidupan.
Lihat video
0 comments:
Post a Comment